Meet the Artist: Verisa ‘Erisa’ Kurniawan a.k.a Ucok

Seperti musik, dunia seni visual di Indonesia setiap harinya juga melahirkan banyak nama-nama baru. Bakat dan kemampuan yang dimiliki pun tak bisa dipandang sebelah mata. Mereka hadir ke permukaan dengan segudang cerita dan gaya menggambarnya sendiri. Tak jarang malah satu orang memiliki gaya gambar yang banyak. Satu dari sekian banyak illustrator muda yang kami temui, dia adalah Verisa ‘Erisa’ Kurniawan atau yang akrab dipanggil Ucok.

Buat kalian yang mengikuti Rock In Celebes tahun lalu, pastinya tidak asing dengan nama ini. Yap, dia adalah satu dari 7 kolaborator yang ada waktu itu. Dari sana, perjalanannya berlanjut ke tahun ini, bila 2019 yang mengerjakan semua visual utama adalah Benang Baja, kali ini giliran si Ucok yang mengurus semua keperluan tersebut. Gaya yang ditampilkan pun sangat segar dan menyenangkan, percampuran warna-warna kontras pun tak lepas dari goresan-goresan yang dibuatnya.

Lahir, besar di Jogjakarta, dan kini tinggal bekerja di Bandung. Perjalanan dirinya sebagai seorang peramu visual patut kita apresiasi. Untuk melengkapi itu semua, kami mengobrol panjang lebar dengannya. Simak di bawah.

Halo Cok, sehat? Pertama tama, boleh cerita dong bagaimana awal semua ini jalan. Baik di dunia desain grafis dan ilustrasi.

Hei halo halo juga, puji Tuhan semoga sehat selalu nih hehe. Mungkin awalnya aku diajak oleh salah seorang temen dekat sewaktu SMP untuk menggambar dijalan, waktu itu sama sekali aku belum pernah menggambar dijalan. Bahkan saat itupun aku ga pernah tertarik untuk menggambar. Tapi karena ini menarik untuk dicoba ya aku coba, eh ketagihan haha.

Semua orang pasti punya sosok yang menjadi referensi/panutan. Buat dirimu, siapa sosok yang pegang peran itu?

Kalo referensi sih banyak banget, karena aku besar di Jogja banyak sekali karya seniman-seniman yang hadir disetiap sudut kota, tiang listrik sampai tong sampah. Mulai dari Indieguerillas, LoveHateLove, Taring Padi, Bicicleta Sem Freio, Keiichi Tanaami, Palehorse, sama banyak lagi deh haha karena setiap seniman punya keunikannya masing-masing dan selalu menambah referensi saya. Tapi kalo dibilang sosok, sampe hari ini sih masih pembuat batik tulis. Bentuk-bentuk repetisi batik selalu nyenengin buat diliat, aku suka cara bagaimana garis itu bekerja.

Gaya ilustrasimu kamu sebut dengan apa?

Kalo nyebut gaya, gaya apa ya? Mungkin gaya cepat membuat karya hahahaha. Secara khusus sih ga ada, sebenernya aku udah coba beberapa gaya menggambar, tapi kayaknya ini yang saat ini paling nyaman sih begini. Walaupun beberapa kali juga membuka kemungkinan teknik pengkaryaan yang lain, dari woodcut, cetak saring, dry point, tindes, sampe stencil. Teknik ini yangg sekarang aku pake dan dapet waktu kuliah, tapi awalnya aku ga kepikiran dengan teknik ini sebenernya karena tugas kuliah aja.

Awal pake gaya ini, waktu itu bingung pengen gambar, tapi bingung mau gambar apa, akhirnya aku buka-buka folder stock gambar untuk ngebantu ide dalam menggambar. Aku coba gabungan 1 gambar dan gambar yang lain ternyata hasilnya tidak terbayangkan akan bentuk ini. Akhirnya kumpulan gambar itu tadi aku gambar ulang dengan gaya menggambarku hehe, ternyata ketagihan dan menyenangkan banget. Tapi di sisi lain aku juga masih mencoba dengan gaya-gaya yang lain, agar terus berkembang untuk membuka kemungkinan-kemungkinan yang lain.

Oh ya, karyamu banyak memasukkan unsur alam ke dalamnya. Kenapa selalu memvisualkan hal itu ke tiap karyamu?

Emang iya ya? haha. Mungkin kedekatan antar makhluk hidup lain yang akhirnya menginspirasiku sebagai objek gambarku hehe.

Berkarya dan bekerja. Bagaimana membagi waktu untuk dua hal ini?

Ngebagi waktu sih emang sulit, saya sampe hari ini belum bisa ngebaginya dengan baik. Emang ini kelemahanku, kadang milih tidur-tidur sambil baca nunggu ide eh keterusan tidur-tiduran terus haha. Tapi sebisa mungkin sih tetep liat-liat referensi sih biar makin banyak kamus visualnya. Selain itu menggambar adalah sarana pelarianku mengekspresikan apa yang aku mau, karena bekerja sebagai desainer pastinya bersinggungan dengan banyak hal dan orang yang di situ aku harus berkomproni.

Apa yang ngebedain banyak seniman dengan teknik yang sama?

Kalo kepikiran untuk ngebedain sih ga pernah malah, aku coba ngebuat apa yang aku suka aja. Toh juga sebagaimanapun sama referensi, teknik dan segala macam aspek lainnya hasil pasti beda kok hehe.

Sekarang lagi menggemari aktivitas mencipta musik, ada korelasi ga antara aktivitas ini dengan aktivitas menggambarmu?

Mungkin kembali ke awal tadi, ketertarikanku dengan visual juga muncul karena musik. Secara ga langsung sih mungkin gitu, kadang aku kepikiran membuat karya visual kepancing dengan aktivitas main musikku malah. Kadang bergumam di kamar “Oh kayaknya kalo musik gini bikin visualnya gini kali ya” haha begitu juga dengan sebaliknya visual ke musik.

Medium digital saat ini mempermudah dalam penciptaan sebuah gambar, tentu saja kepuasan yang dihadirkan berbeda dengan cara tradisional. Kalo menurutmu sendiri bagaimana?

Kalo mempermudah sih menurut saya sama aja, tergantung kebiasaan juga. Setiap medium bisa jadi ada keterbatasannya. Memang secara kepuasaan sih akan berbeda, tapi aku punya kepuasaannya masing-masing di setiap mediumnya. Karena setiap medium dan alat juga pasti punya karakter tersendiri, beda alat beda pengalaman yang aku rasakan. Sama-sama menyenangkan, mau digital ataupun tradisonal. Tapi pada akhirnya karena yg saya lakukan adalah menggambar sih kayaknya sama aja apapun mediumnya.

Misal aku menggambar dengan cara tradisional di atas kertas atau kanvas, toh juga hari ini karya itu bisa aja dipresentasikan atau kembangkan lagi secara digital. Begitupun karya digital, dipresentasikan dengan teknik tradisional misal cetak saring pun bisa. Menurut saya sih semua medium hari ini emang bersinggungan, ya tinggal nikmati dan pergunakan dengan maksimal apa yang bisa dilakukan.

Di Rock In Celebes tahun ini, kamu didapuk menjadi seniman kolaborator yang mengerjakan semua visual. Boleh ceritain ga tema dari karya itu?

Secara tema besar sih saya berusaha mempresentasikan RIC yang ‘kokoh’ dan tetap berjalan di tahun ke 11 ini. Buat saya di kondisi yg seperti ini, RIC harus tetap berjalan adalah pilihan yang tepat. Banyak orang yang merindukan untuk bersinggungan dengan festival ini, dari sinilah awal mula karya saya. Mungkin seperti yang sudah saya sebutkan diatas, kedekatan antar makhluk hidup ini yang akhirnya bisa saling menguatkan 1 dan lainnya. Makhluk hidup menjadi kunci utama saya saat pembuatan karya ini, sebagai representasi setiap mereka yang selalu saling bersinggungan dengan festival ini.

Kamu melihat Rock In Celebes itu seperti apa?

RIC menurut yang saya liat sebagai kolaborator visual tahun ini, RIC sangat memfasilitasi pegiat-pegiat visual lainnya untuk terlibat dan aktif di festival ini. Salah satunya saya saat ini, 2 kali terlibat dalam festival ini sangat-sangat tak disangka hahaha.

Bagaimana kamu melihat posisi illustrator saat ini di industri festival musik?

Menurut saya peran illustrator di festival yang pasti mungkin harus bisa menjawab narasi yang dibangun oleh festival itu sendiri. Peran visual menjadi salah satu alat komunikasi yang menyenangkan serta membangun suasana festival itu bisa lebih hidup.