Dokumenter Musik Pilihan Kami

Kami jenuh! Sama dengan kamu yang mungkin juga jenuh dengan situasi seperti ini. Keadaan tak menentu, tidak bebas lagi seperti dahulu, semua serba mengkhawatirkan. Dalam beberapa kasus, konser virtual, showcase daring, dan sejenisnya mampu menjadi solusi atas kejenuhan ini. Setidaknya mampu mengobati kerinduan akan konser musik. Namanya juga manusia; susah puasnya. Berbagai macam hiburan selama #dirumahaja mulai dieksplor.

Sebagai salah satu opsi hiburan selama tingga di rumah, kami punya daftar film dokumenter musik yang layak untuk menyita waktumu. Hitung-hitung bisa jadi penghilang sementara kejenuhan yang melanda. Siapkan posisi cemilan andalan, temukan posisi ternyaman, dan selamat menikmati!

Terekam – Dokumenter Musik Independen Indonesia.

Membahas band-band fenomal pertengahan tahun 2000-an rasanya tidak lengkap tanpa menyebutkan The Upstairs, White Shoes & The Couples Company, Goodnight Electric, dan The Adams. 4 band fenomenal dari kampus seni di Cikini, Jakarta, Institut Kesenian Jakarta (IKJ) yang selalu berhasil membuat anak-anak muda berdansa pada musik yang didentumkan.

‘Terekam’ berhasil mendokumentasikan perjalanan musik band-band fenomenal tersebut yang kemudian menjadi penanda semangat zaman di millenium baru.

Blackhearts Documentary

Penggemar black metal? Wajib nonton yang satu ini. Blackhearts scene black metal dengan sudut pandang yang benar-benar segar, mentah, dekat dan personal pada dampak musik Black Metal Norwegia alias Norwegian Black Metal di seluruh Eropa, Amerika Selatan dan Timur Tengah. Film ini menyajikan suatu perjalanan penuh petualangan ke Amerika Selatan, Eropa dan Timur Tengah untuk mengikuti tiga penggemar ‘diehard’ black metal yang berasal dari latar belakang agama dan politik yang ekstrim. Terlebih salah satu sosok kelahiran Iran yang sedang bergerilya meniti karier bersama band black metal yang ia bangun

Slave To The Grind


Film ini tidak secepat musik grindcore dan layak untuk kamu ikuti. Gerombolan punk rocker dan metalhead di Flint Michigan, Amerika Serikat (AS) dan Birmingham (Inggris) mendapat dorongan untuk menciptakan suara-suara baru, yang bertentangan dengan tradisi. Hasilnya adalah sebuah genre musik baru yang terdengar terlalu punk untuk metalhead, dan terlalu cadas untuk punk rocker.

Ketika Napalm Death merilis album debutnya, ‘Scum’ pada 1986, penyiar radio BBC yang tenar saat itu, John Peel, mengumumkan bahwa ‘Grindcore’ adalah musik yang paling cepat dan paling kasar yang dapat dibayangkan, dan ia benar. Grindcore menyatukan sikap anarkis dari scene punk Inggris dengan kecepatan dan agresi Death Metal, yang secara bersamaan diciptakan di AS. Disutradari oleh Doug Brown asal Kanada, Slave To The Grind adalah film dokumenter pertama tentang Grindcore yang memaparkan secara komprehensif rentang hidup 35 tahun usia genre ini.

Lemmy: 49% motherf**ker. 51% son of a bitch

Kita semua sepakat bahwa Lemmy adalah sosok yang tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun dan kapanpun. Maka dari itu, Film yang disutradarai dan diproduksi oleh Greg Olliver dan Wes Orshoski dan menampilkan wawancara teman-teman dari Lemmy, sosok ikon rock n’ roll berdarah Inggris, vokalis, bassis, penulis lagu dan pendiri Motorhead, salah satu legenda New Wave Of British Heavy Metal (NWOBHM) sejak akhir dekade ’70an.

Film ini menampilkan Slash, Duff McKagan, Ozzy Osbourne, James Hetfield, Lars Ulrich, Robert Trujillo, Kirk Hammett, Nikki Sixx, David Ellefson, Scott Ian, Dave Vanian, Kapten Sensible, Peter Hook, dan Marky Ramone, serta Nik Turner dan Dave Brock dari Hawkind – mantan bandnya Lemmy. Para pembuat film juga dapat mengabadikan banyak momen candid dengan rekan-rekan seperti Dave Grohl dan Billy Bob Thornton bercakap-cakap dengan Lemmy di bar dan studio rekaman.

Tidak ketinggalan, film ini juga mengungkapkan bahwa Lemmy menghabiskan sebagian besar hidupnya baik dalam tur dengan Motörhead atau nongkrong di Rainbow Bar and Grill di Los Angeles, dengan tidak sedikit musisi terkenal seperti Nikki Sixx yang bercanda bahwa mereka bertemu Lemmy setiap kali mereka pergi ke Rainbow. Lemmy ditampilkan tinggal sendirian di sebuah apartemen kecil yang ia sewa. Ia memilih tinggal di sana dibandingkan dengan tempat-tempat lain di Los Angeles yang jauh lebih baik dan layak karena hanya ia ingin tinggal berdekatan dengan Rainbow. Dia mengungkapkan bahwa dia belum pernah menikah dan cukup dekat dengan putranya, Paul, seorang gitaris yang sesekali bergabung dengannya di atas panggung.

American Hardcore: The History of American Punk Rock 1980–1986

Film ini diangkat dari buku American Hardcore: A Tribal History yang ditulis oleh Steven Blush yang dirilis pada 22 September 2006 dengan edisi cetakan terbatas. Film ini menampilkan beberapa pionir awal scene musik punk hardcore di Amerika Serikat (AS) seperti Bad Brains, Black Flag, D.O.A., Minor Threat, Minutemen, SSD, dan lain-lain. Film ini menawarkan banyak footage underground yang langka selama perjalanan pergerakan hardcore punk. Menampilkan wawancara eksklusif dengan band-band hardcore punk tersebut di atas.

Teks: Brandon Hilton