Siapa sih kira-kira yang tidak suka dengan musik? Banyak orang bila ditanyakan hal serupa pasti banyak yang menjawab tidak ada. Mungkin memang ada yang tidak suka, tapi presentasenya pasti lebih kecil bila dibandingkan yang suka. Sejatinya, musik pertama kali diperdengarkan ke kita itu saat masih dalam kandungan, lalu berlanjut ke fase tumbuh kembang. Contohnya, sedari kecil kita sudah dicekoki dengan berbagai lagu untuk menghantarkan kita ke alam mimpi. Semua orang di masa kecilnya pastilah pernah dinyanyikan lagu “Nina Bobo”, sukar dipercaya bila ada yang tidak dinyanyikan lagu tersebut. Dari sana, seperti sudah tertanam dalam alam bawah sadar, bahwa musik adalah sesuatu yang baik untuk digunakan untuk hal-hal baik.
Kemudian saat kita mulai bertumbuh, dan telah banyak merasakan manis pahitnya hidup. Musik juga yang menemani geliat hidup yang kita jalani. Dangdut, pop, rock, metal, rnb, apapun jenis musik yang ada, sudah pasti seringkali masuk di telinga kita, baik itu disadari ataupun tidak. Musik pula yang biasanya bisa merubah pola kita dalam berkehidupan. Contohnya? Banyak. Tapi ada juga yang hidup biasa-biasa saja tanpa terpengaruh musik apa yang dia dengarkan. Stigma seperti ini seringkali kita temui di penggemar musik bawah tanah (metal, death metal, black metal, dan lain-lain). Para penikmat musik ini kerap dihubung-hubungkan dengan kegiatan yang menyembah setan, faktor ini terjadi karena dari penampilan musisi dan lirik lagu yang dibawakan sering mengarah ke sesuatu yang bersinggungan dengan setan, iblis, dan neraka. Padahal kenyataannya, biasa saja. Penulis merasakan hal itu, makanya berani berkata demikian. Tidak ada yang berubah dari diri penulis ketika rutin mendengar lagu-lagu dari band-band seperti Mayhem, Behemoth, Incantation, atau yang sejenis lainnya. Yang berubah hanyalah masalah selera. Dari yang dulunya cuma senang dengan musik punk rock, kini referensinya mulai bertambah.
Untuk selera, kami di Rock In Celebes sendiri punya banyak referensi musik. Hal itu juga yang mempengaruhi kami dalam pemilihan musisi-musisi yang akan tampil di festival tahunan ini. Banyak yang menyangka karena kami memakai kata “Rock” maka kami harus mengundang band-band yang keras bukan kepalang musiknya. Kata “Rock” yang kami gunakan adalah untuk merepresentasikan semangat kami yang ada di dalam festival ini. Balik lagi ke persoalan selera. Memang benar kebanyakan dari kami selera musiknya dibentuk dari beragam musik keras dari negeri di luar sana. Tapi seiring berkembangnya waktu dan teknologi, selera kami juga perlahan bertambah dan berubah -tanpa meninggalkan selera musik yang lama-.
Dari yang awalnya tidak tahu dan senang dengan musik post-rock, folk, pop, akhirnya setelah rajin mengamati dan mendengarkan, kami jadi suka. Malah salah satu di antara kami ada yang senang dengan KPop. Kesukaannya pun sangat beralasan, menurut satu orang ini, banyak hal positif yang patut ditiru dari industri besar musik di Korea Selatan tersebut. Salah satunya adalah program training untuk para calon artis mereka.
Siapa sih yang hanya mendengarkan satu jenis musik saja? Pasti tidak ada. Karena apa? Karena musik itu bahasa universal yang bisa digunakan untuk berkomunikasi. Bagi kami, musik bukan hanya sekedar bebunyian yang tercipta. Lebih dari itu, musik adalah wadah. Kenapa? Sebab, orang-orang juga dipertemukan oleh musik. Contoh besarnya adalah ketika kita mengunjungi suatu pagelaran atau festival musik, disana kita akan melihat interaksi dari banyak orang dengan latar belakang yang berbeda-beda, begitu pula selera musiknya. Tapi, berkat musik mereka bisa saling kenal dan berjejaring lebih lanjut.
Berkat musik, banyak teman, festival, kota, bahkan negara yang bisa kami kunjungi. Tidak mesti menjadi musisi untuk bisa mencintai lebih musik. Setiap orang memiliki hak atas cinta terhadap musik. Dari sisi industri, musik tidak bisa dilepaskan dari entitas yang lain. Misal ada musisi/band ingin merilis sebuah album, pastinya mereka akan membutuhkan desainer hingga vendor percetakan album. Dari hal tersebut, bisa kita simpulkan bahwa musik bisa memberi kehidupan bagi banyak pihak.
Tanpa banyak basa-basi, berikut album-album yang cukup merubah selera musik kami sejauh ini.