Bagi sebagian orang, merchandise selalu identik dengan yang namanya band, dan tidak lebih dari sekadar baju kaos atau jaket yang diproduksi terbatas dengan segala macam gimik yang diikut sertakan di dalamnya. Entah itu artwork, atau sizing, bisa jadi pemilihan kain, label tag, atau bahkan penawaran bundling dengan banyak perintilan lain seperti stiker, poster, bracelet, dll. Bahkan, beberapa mengatakan, merchandise band itu pricey jika dibandingkan dengan produk sejenis yang dirilis oleh brand-brand pakaian tertentu. Tidak bisa dipungkiri bahwa kenyataannya merchandise band bisa dikatakan masih tergolong segmented dengan pangsa yang berkutat di situ-situ saja. Mungkin masih banyak yang belum melihat value lebih dari satu artikel merchandise.
Apa jadinya sebuah band jika tidak memiliki font, logo, atau katakanlah icon yang dibuat sedemikian rupa untuk mewakili karakteristik musik yang dibuat dan membedakan satu band dengan band lain(?) Tentu saja tidak menggugah selera. Hambar. Jika kamu melihat nama sebuah band dengan font paling sederhana terpajang, percaya, proses menuju kesederhanaan itu tidak sesederhana yang dipikirkan.
Peran artworker di sini kemudian menjadi penting. Karya yang dihasilkan wajib menjadi representasi yang cukup kuat. Begitu pula untuk urusan artwork entah untuk album, single, atau untuk kebutuhan artikel merchandise regular. Harus dibuat sedetail mungkin sehingga pesan di balik lagu, album, atau merchandise tersebut bisa tersampaikan melalui visual. Tidak melulu soal uang, urusan dengan artworker ini bisa meluas ke berbagai hal yang sifatnya kolaboratif. Saling menguntungkan satu sama lain.
Merchandise tidak terbatas pada kaos, jacket, topi, dan lain sebagainya. Merchandise bisa berupa gantungan kunci, kaos kaki, atau bahkan stick baseball. Ada banyak macam yang bisa dibuat untuk merchandise (selama berbanding lurus dengan kekuatan finansial) yang bisa digali lebih jauh untuk menghasilkan sesuatu yang unik. Atau produk minuman seperti bir yang sudah dilakukan oleh Iron Maiden, Motorhead, Megadeth, Ozzy Osbourne, Anthrax, dan Eyehategod misalnya. Dari sini, selain tempat sablon baju, percetakan, sampai usaha pembuatan minuman bisa merasakan langsung dampaknya. Selain itu, jika merilis sesuatu yang “unik” kemungkinan menggaet pangsa baru juga akan semakin luas, mengingat budaya minum di Indonesia tidak pandang kelas sosial. Jelas ini adalah peluang.
Selain menjual produk merchandise secara mandiri melalui berbagai platform sosial media, kerja sama lain yang bisa dibangun untuk memperluas jejaring adalah dengan menggaet reseller atau toko-toko yang khusus menjual merchandise yang kini banyak tersebar di berbagai daerah. Kerja sama seperti ini akan sangat berdampak baik pada perputaran roda ekonomi. Jika mengambil langkah yang serius, merchandise bisa menjadi ladang mata pencaharian dengan begitu banyak benefit di belakangnya.
Peran merchandise menjadi penting bagi band dan industri musik secara keseluruhan. Para penggemar ini rela membeli merchandise (yang biasanya kaos) hingga dua untuk satu artikel yang sama. Kenapa? Yang pertama adalah jati diri, yang kedua adalah investasi. Bukan hal yang baru jika merchandise band bisa menjadi barang investasi, terlebih jika merchandise tersebut langka dan masih dalam kondisi yang baik. Kondisi ini tentu menjadi keuntungan besar bagi banyak pihak, terutama band itu sendiri.
Selalu berikan dukungan nyata terhadap musisi atau grup band idola mu, dengan membeli merchandise original. Dengan membeli merchandise original, kita sudah ikut menjaga denyut industri musik agar tetap stabil walau berada dalam masa pandemi.