Tulisan ini lahir karena pertanyaan yang sebenarnya sudah lama ada. Pertanyaan yang pada awalnya tidak penting untuk dijawab; Kenapa musik metal identik dengan tulisan akar-akar? Lama sekali pertanyaan tersebut diacuhkan, ia kemudian berubah wujud menjadi arwah penasaran yang akhirnya datang menghantui agar diselesaikan sesegera mungkin. Bagi para kepala besi ini mungkin agak sulit menjawab pertanyaan tersebut. Entahlah, karena mungkin akan terdengar begitu naif? Atau terkesan melebih-lebihkan? Tidak ada yang benar-benar tahu jawabannya. Selain identik dengan tulisan akar-akar yang sulit dibaca itu, musik metal juga erat dengan artwork yang menyeramkan. Kalau tidak begitu menyeramkan, yaa minimal memiliki gambar tengkorak atau gambar yang memancarkan kesan dark.
Saking mengerikannya, sampai-sampai ada kasus yang mengasosiasikan metalhead (dengan segala macam atribut dan kaosnya tentu saja) adalah pengikut ajaran atau sekte sesat. HAHAHAHA! Tapi, apa daya, musik keras dan artwork seram ini sudah ada sejak lama.
Katakan saja seniman seperti Joe Petagno. Kurang familiar? Bagaimana kalau ‘Snaggletooth’ milik Motörhead? Sudah tahu? Joe Petagno adalah orang yang membuat logo yang begitu iconic untuk album Lemmy dkk, kemudian ia juga mendesain hampir semua sampul album Motörhead. Tidak ketinggalan, seniman kelahiran 1 Januari 1948 ini turut menciptakan gambar untuk band seperti Marduk, Nightshade, dan Illdisposed. Kemudian ada nama Derek Riggs yang bekerja dengan Iron Maiden dengan karakter ciptaannya, Eddie, sepanjang 1980-an dan memasuki tahun 90-an. Selain itu, ada juga Ed Repka yang menciptakan Vic Rattlehead untuk Megadeth. Beberapa artwork pada album-album penting Megadeth dikerjakan oleh ilustrator asal negeri Paman Sam. Salah satu yang ia kerjakan adalah Holy Wars.
The Punishment Due dan Rust in Peace. Ed Repka juga adalah sosok yang bertanggung jawab akan sampul-sampul diskografi awal dari Death. Bisa dikatakan kalau musik metal ini tidak bisa dipisahkan dengan artwork yang “menyeramkan”. Kalau dipikir-pikir, nyaris semua band metal di berbagai belahan dunia ini sepakat bahwa musik keras yang dimainkan (cepat atau dengan tempo yang lambat) akan selalu cocok dengan artwork dan tulisan seperti itu.
Wajar saja, musik yang kebanyakan mengambil tema (biasanya seputar) kekerasan, kematian, dan hal-hal substansial dengan ritme gitar yang rendah (downtuned rhythm guitar), permainan dan atau perkusi yang cepat dengan intensitas yang cenderung dinamis, dan dilengkapi dengan vokal yang biasanya dinyanyikan dengan suara teriakan, geraman atau menggerutu. Istilah kerennya screaming, death grunt atau death growl.
Akan tetapi, kalau dipikirkan kembali apakah cocok musik keras tanpa tulisan berakar dan artwork yang menyeramkan? Jawabannya adalah ya tentu saja masih cocok. Mari lihat Deafheaven (album Sunbather) yang memiliki elemen music Black Metal, namun memilih warna cerah sebagai latarnya, juga tidak ada tulisan berakar yang terlihat. Ada juga August Burns Red yang selalu terkesan “sederhana” untuk urusan visual, tidak ketinggalan ada Destroy the Runner dengan semua visualnya yang berbanding terbalik dengan musiknya. Biasanya, musisi atau grup musik yang tidak menggunakan font berakar dan artwork menyeramkan justru menggunakan foto seperti band-band hardcore kebanyakan. Trail of Lies, Madball, dan Lionheart misalnya.
Semua kembali lagi ke pilihan musisi atau grup musik tersebut. Apakah ada yang sadar bahwa band yang tidak beraliran metal dan sejenisnya (biasanya pop punk modern) juga ada yang menggunakan font berakar? Tidak ketinggalan brand-brand clothing pun juga banyak yang memakai tulisan yang cenderung “sulit” dibaca demi kesan dark, menyeramkan, ikut trend, atau bahkan ikut sama selera owner (yang mungkin suka music berisik). Semua bebasa menggunakan font berakar. Tidak ada Batasan. Roots! Bloody Roots!
Teks: Brandon Hilton