Semua Ada Tempatnya

Ada banyak cara untuk mengapresiasi dan menikmati musik. Salah satunya adalah dengan mendatangi konser yang menampilkan sederet nama musisi dan grup musik. Jika berbicara soal konser atau festival musik, kita bisa menemui lebih banyak hal selain musik yang menjadi menu utama. Mulai dari urusan teknis seperti produksian dan lain-lain, sampai kepada ekspresi atau cara pengunjung lain menikmati musik yang tengah dimainkan. Ya, kadang hal tersebut juga yang menjadi hiburan lain terlebih jika yang sedang main adalah band-band cadas beroktan tinggi. Kita jadi punya dua sumber hiburan; atas dan bawah panggung. Khusus untuk area bawah panggung atau yang lebih keren disebut sebagai mosh pit.

Area Bermain
Bagi Sebagian orang, moshpit juga dikenal sebagai area bermain. Tempat meluapkan begitu banyak ekspresi. Bukan hanya itu, area ini juga tempat membuka jejaring baru. Ya, tidak sedikit yang mendapatkan teman baru dari hasil moshing berjama’ah ini. Saling berbenturan, kepalan dan tendangan di mana-mana rasanya mustahil untuk membuat pertemanan baru, tapi itu lah yang terjadi. Selagi dari atas panggung masih menawarkan deru distorsi, adrenalin senantiasa mengalir deras! Interaksi musisi dan penggemar yang membuat area bermain ini tetap terbakar. Saking panasnya, semua yang berada di dalam harus terus bergerak. Bukan sekadar bergerak. Beberapa gerakan ini bahkan punya namanya sendiri.

Belakangan yang sering didengar adalah two-step. Ya, Gerakan yang awalnya bermula dari New Jersey, New York, Boston, dan Florida pada era 90-an ketika gelombang hardcore tengah melanda. Seiring dengan berjalannya waktu, two-step ini bahkan punya beberapa varian; Wind crunch, back kick, dan ground punch. Kamu bisa menemukan lebih banyak di area bermain ini. Ada circle pit, wall of death, head bang, dan lain sebagainya. Jika masih dalam konteks menikmati musik yang sesuai, Gerakan-gerakan sakti mandraguna ini sah-sah saja.

Ada Batasnya
Makin ke sini, nampaknya makin ke sana. Beberapa laporan yang berseliweran di sosial media menunjukkan two-step telah menginvasi lantai dansa yang sepertinya tidak cocok dengan musik yang dimainkan. Sebenarnya bebas saja bagaimana cara menikmati musik. Benar? Akan tetapi yang harus disadari semua ada batasnya, dan ada tempatnya tentu saja. Jangan sampai membuat pengunjung lain risih. Hmmm… jika kita coba masuk sedikit ke dalam benak pemuja two-step di luar area moshpit, kira-kira apa ya tujuannya? Jika kamu membaca jurnal ini, pasti sudah familiar dengan berita tersebut. Atau, kamu bahkan mengalami dan menyaksikannya sendiri?

Semoga kita semua terhindar dari pelaku two-step liar dan senantiasa bisa menikmati pertunjukan musik kapan saja dan di mana saja.

Teks : Brandon Hilton.