Jika membicarakan hal yang dirindukan di tengah masa pandemi, konser musik sudah pasti masuk menjadi bahan pembicaraan yang menarik. Jelas, ada banyak pengalaman menarik yang terjadi dalam sebuah konser musik, entah berskala festival atau gig. Untuk festival, adalah kabar gembira jika digratiskan dan mengundang musisi top papan atas. Jika itu gig, tentu menyenangkan untuk menyimak penampilan nama-nama baru serta aksinya. Keduanya pasti punya ceritanya masing-masing; dari penyelenggara, pemain, sampai penonton.
Kisah klasik yang selalu dijumpai jika gig diadakan dengan skala cukup besar; pendekar tiket gratisan. Mereka terbagi atas dua. Pertama, mereka yang mendatangi event bermodal kode-kode mata, senyum-senyum ¾, dan kenalan “orang dalam”. Bermula dari basa-basi sampai kepada pertanyaan “adakah id card, bro?”. Kemudian yang kedua, mereka yang datang kemudian tawar-menawar harga tiket masuk. Ketika proses tawar-menawar mulai alot, mantra “katanya teman” pun dikeluarkan. Tidak bisa dipungkiri, pendekar-pendekar seperti ini nyaris selalu ada. Beberapa pegiat event atau gig, dan tukang palak tiket gratisan tentu relate dengan hal ini.
Sebagai salah satu yang terlibat dalam kolektif Rooster East Familia yang sering menginisiasi gig di Kota Makassar, Yoma, punya pandangannya soal ini.
“Harus disadari kalau buat event itu tidak mudah, apalagi event musik cadas. Tempatnya minim, belum lagi izinnya susah keluar. Untungnya, sebelum pandemi, selain Rooster East Familia, sudah banyak teman-teman lain yang mau mengadakan gig.” Tutur pria yang juga merupakan vokalis dari Discern Middle. Pada dasarnya, untuk mengadakan sebuah event, perlu perhitungan yang tepat dan kerjasama tim yang efisien.
Event Gratisan Merusak?
Kebiasaan tiket gratisan ini sering dikaitkan dengan event atau bahkan festival musik yang menghadirkan bintang tamu tanpa memungut biaya kepada pengunjung. “Berbayar atau tidak, saya sendiri mengapresiasi event musik apapun. Apalagi sampai ada bintang tamunya menurutku luar biasa. Kenapa? Karena bikin event itu susah, bukan modal kecil, dan tidak bisa disulap langsung jadi sob!,” ujar lelaki Hardcore ini.
Selain pegiat event, komika yang sekaligus penikmat dan fans musik, Patri, justru diuntungkan dengan event tidak berbayar. “Soal event gratisan menurutku aman-aman sih. Selama performer, EO/Panitia setempat juga mendapatkan keuntungan, kenapa tidak? Tapi di sisi lain meski gratisan pengurus acara juga tidak melupakan kenyamanan untuk yang datang ke event tersebut. Menurut pengalamanku, biasa yang datang ke event gratisan banyak yang random hehe.” Ungkapnya.
Semua kembali ke masing-masing individu, bagaimana caranya mengapresiasi. “Event gratisan tidak merusak gig berbayar. Justru saya lihat orang-orang pada senang ke gigs ji. Tidak bisa dipungkiri kalau di gigs memang lebihh asooyy! Soal yang minta tiket gratisan, harusnya sadar diri saja. Saya lebih respect sama teman-teman yang mau beli tiket, tapi uangnya kurang. Di situ dilihat ada niatnya mau support temannya. Entah yang bikin atau main di gigs.” tutup Yoma.
“Semua punya penikmatnya. Mungkin yang datang tergantung dari guestnya siapa. Bisa jadi yang datang adalah orang yang mau tahu atau belajar tentang kultur gig/event tersebut. Atau yang datang karena tuntutan pekerjaan (SPG misalnya). Dan kalau mau di bilang merusak, kembali lagi ke jawaban pertama. Asalkan setiap yang ada didalam event/gig tersebut mendapatkan keuntungan, hajar! Kalau soal yang suka tiket gratisan, dikasi saja tiketnya. Cuman setelahnya minta pertanggungjawaban untuk menanggung biaya setelah gig, terus bilang “Katanya teman”. KATANYA TEMAN KATANYA TEMAN, Teman Mana yang Tidak menghargai usaha temannya!.” tutur Patri dengan semangat.
Dukungan terhadap kolektif yang menginisiasi gig sudah sepantasnya wajib diberikan, dan meminta tiket gratisan tidak akan pernah menjadi jawaban. Pilihan ada di tangan kita, tinggal bagaimana memandang dan mengambil sikap. Datang ke event gratisan memang menyenangkan, tapi ke gigs membahagiakan. Bersyukur jika ada gigs yang diadakan secara gratis.
Teks: Brandon Hilton