Ritus itu Bernama FamiliaxShow

Dari sekian banyak definisi tentang musik, yang paling sederhana dan relate dengan banyak orang adalah “bahasa pemersatu”. Musik mampu mengumpulkan orang, melebur segala batasan yang ada dan menjadi satu. Klise memang, namun begitulah fakta yang terjadi. Hebatnya lagi, ada semacam hal magis yang lumrah terjadi karena musik; keterikatan. Selalu terbangun nyaris tanpa aba-aba. Kenapa bisa? Pertanyaan semacam ini sepertinya hanya akan menghabiskan kata-kata. Lagi pula, tidak semua pertanyaan membutuhkan jawaban bukan? Keterikatan ini terjadi karena kesepakatan kolektif dan kemauan secara sukarela dari masing-masing individu. Disini, nafas militansi kemudian berhembus dan dihirup oleh mereka dengan frekuensi pemikiran yang sama.

Terbentuknya kelompok militan kecil ini adalah fenomena yang sebenarnya biasa saja dalam dunia musik, terlebih untuk skena musik cadas. Mereka bertumbuh dengan sangat cepat dari satu gig ke gig lain, merambah ke tongkrongan, hingga tersebar dalam jumlah yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Meski dikatakan segmented, faktanya, komunitas metal dan sejenisnya di Indonesia termasuk yang paling besar di dunia. Bermodal kecintaan dan diberkati dengan semangat militansi, keterikatan ini menjadi semakin kuat seiring dengan bertambahnya jumlah orang yang mengetahui eksistensi mereka. Magis bukan?

Bagaimana bisa ada orang lain yang secara suka rela mau “melakukan apapun” untuk band atau musisi idola? Contoh sederhananya seperti “meracuni” teman-teman di lingkungannya dengan lagu-lagu dari band atau musisi yang diidolakan. Kemudian, meluangkan waktu untuk mendatangi gig yang menampilkan band andalannya. Tingkat yang lebih tinggi lagi bukan berupa materi, namun lebih kepada “rela berdarah-darah” demi yang dicintai. Kenapa? Karena ada pride yang dijaga.

Berbicara soal militansi dan pride, kedua hal ini juga yang menjadi landasan utama FrontxFamilia, garda terdepan support system bagi Frontxside. Geliat FrontxFamilia sudah dimulai sejak 2017 silam yang dimulai dari lingkar pertemanan kecil. “FrontxFamilia terbentuk pada tahun 2017 pas tanggal 17 Agustus. Sengaja memang dipilih bertepatan dengan moment kemerdekaan karena kami merdeka! Hahaha.” Ungkap Itto dengan antusias saat dihubungi. Ada benarnya juga. Merdeka walau dalam hal kecil. Sejak awal kemunculannya, FrontxFamilia banyak didominasi oleh remaja belia petarung mosh pit.

Kadang meresahkan, namanya juga darah muda, namun itu merupakan elemen penting dalam sebuah event musik; adrenaline. “Kami buat fanbase ini karena kami ingin merangkul anak-anak muda Makassar dan saling kenal satu sama lain. Tidak peduli anak baru atau lama, muda atau tua. Karena sebenarnya yang perlu adalah regenerasi. Kalau ada regenerasi, energinya itu terasa bagi kami apalagi uat band yang kami support.” Tambahnya. Tanpa adanya regenerasi, sebesar dan setenar apapun nama komunitas pasti akan kandas dan yang tersisa hanya cerita masa kejayaan yang dibarengi berbagai arsip (kalau ada).

Walau kemunculan fanbase merupakan kejadian lumrah, kemunculan FrontxFamilia tetap memberi kejutan terhadap Fronxtside. Pasalnya, kuartet Hardcore ini tidak punya ekspektasi lebih selain menyuarakan yang perlu disuarakan melalui lagu-lagu bertensi tinggi.

“Pertama mengetahui ada mereka (FrontxFamilia) jelas kami kaget sekaligus bangga. Sebuah wadah terbentuk secara organic kemudian tumbuh dan berkembang dengan sendirinya karena apresiasi itu sulit didapatkan.” Kata Indhar, vokalis Frontxside.

Memang benar cinta itu gila, tak kenal kompromi. Semua ini terjadi diawali dari rasa cinta yang tumbuh dari berbagai gig yang didatangi (dan kebetulan selalu ada Frontxside) lalu kerasukan raungan distorsi, juga dentuman drum yang aduhai.

“Saya pribadi? Kenapa cinta sama ini band? Awalnya Karena saya juga penikmat musik keras terutama Hardcore. Setiap liat flyer gigs yang disebar saya selalu hadir untuk menonton langsung. Nah, pas-pas juga di berbagai gigs yang saya datangi ada Frontxside, performancenya bikin meleeleehh ayaah. Point pentingnya, bisa dibilang semua personil Frontxside itu sudah seperti keluarga dekat.” Ujar pemuda yang biasa dipanggil Pallima.

We’re all brothers, we’re all family. Mungkin itu yang tepat menggambarkan hubungan antara Frontxside dan FrontxFamilia. “Keluarga ini terbentuk untuk saling berbagi, sama-sama membangun jaringan. Tidak lupa bersenang senang, tentunya saling mengingatkan dan saying. Brotherhood!,” jelas vokalis yang kerap dipanggil Pak RT. “Kalau ditanya apa yang membanggakan dari FrontxFamilia? Attitude.” Tambahnya.

Sebagai kolektif yang benar-benar paham bagaimana cara bersenang-senang, Frontxside dan FrontxFamilia akhirnya mengadakan studio gig yang merupakan embrio Familiaxshow.

“Semuanya berawal dari studio gigs kecil, namanya “Kerinduan Ini” untuk mengatasi kerinduan mereka untuk berhadapan dan berteriak dalam balutan distorsi Frontxside haha.  Tidak sampai di situ, kami gagas lagi bagaimana kalau membuat showcase yang lebih proper layaknya konser, dan main full set selama sejam lebih. Maka Familiaxshow pun lahir. Jika disingkat jadi FXS dan jika dipanjangin lagi akan menjadi Frontxside haha! Tapi sebenarnya, dalam showcase ini juga kami buka kesempatan bagi band-band khususnya di Sulawesi untuk tampil, promo album atau rilisan lain. Familiaxshow rutin digulir  karena Frontxfamilia selalu rindu. Intinya agar pelaku musik dan teman-teman band di luar sana bisa bangkit bersama membuat karya untuk dishowcasekan. Membangun jaringan dalam pulau Sulawesi ini. Ya harpannya agar jaringan, Industri dan Market musik bisa tercipta sehingga Rock In Celebes tidak perlu pusing cari band luar karena ada kami dari tanah Celebes. You know what i mean?! I MEAN !! yess lets go buddy!” jelas Indhar dengan semangat.

Semangat ini yang perlu untuk terus dijaga dan diberi dukungan. Kolektif yang terbentuk secara organic dengan “misi mulia” untuk terus memberi dukungan terhadap band jagoannya dengan tidak hanya berkumpul semata melainkan membuat wadah bagi banyak pihak untuk terlibat langsung di dalamnya. Jelas semua akan komersil pada waktunya, dan kembali lagi bagaimana menyikapinya. Apakah akan berkoar kosong tanpa makna dan terjebak dalam lingkaran setan atau membaur dan menjadikannya sebagai batu loncatan untuk berkembang dan maju. “Melihat situasi seperti ini, lebih baik kita jaga semangat dengan cara terus bersilaturahmi baik itu ketemu langsung atau saling berkabar melalui sosial media. Harapan kami dan saya pribadi simple ji. Semogah kawan-kawan Familia akan selalu menjaga silaturahmi dan makin bertambah fanbase Frontxfamilia di kota-kota lain. Sama, semoga teman-teman yang ngeband terus mengasilkan karya.” Tutup Itto.

Panjang umur pertemanan, persaudaraan, dan semua hal-hal baik! Viva Familia!

Teks: Brandon Hilton
Arsip: Foto FamiliaxShow oleh El Musaid