Suka Duka Tur Mandiri

Kita semua paham bagaimana situasi ini membawa nyaris seluruh kegiatan serba online. Untuk mengakali rasa rindu, beberapa dari kita melakukan perjalanan kilas balik, mengunjungi kembali documenter atau vlog dari band-band kesayangan yang menyuguhkan perjalanan mereka dari satu kota ke kota lain, melibas panggung demi panggung. Menyaksikan hal-hal yang terjadi di belakang sampai ke depan panggung selalu punya daya tariknya sendiri. Selain hiburan, banyak insight menarik yang didapatkan. Betapa menyenangkan melihat interaksi musisi dengan crowd, terlebih dari sekian banyak vlog atau documenter yang disimak tidak ada yang terlihat menggunakan masker apalagi menjaga jarak. Semua membaur menjadi satu.

Dari sekian dokumenter atau vlog, yang selalu menjadi primadona adalah saat tur dilakukan. Ada banyak yang bisa disimak mulai dari bahan bercanda sampai hal teknis seputar tur yang dijalankan. Melakukan perjalanan panjang dari satu tempat ke tempat lain bersama dengan orang-orang yang sama bukanlah hal yang mudah.

Selain itu, untuk tur mandiri, ada begitu banyak hal yang harus dipersiapkan jauh hari sebelum tour dijalankan. Untuk urusan ini, Alvin Eka Putra punya banyak pengalaman. “Tur mandiri maksudnya urus sendiri semua kan? Mungkin 2007-2008 tur Sumatra kecil bersama Kumal. Terus bersama CDC (Cemetery Dance Club) Jawa-Bali tahun 2009. Terus bersama Noxa Singapore-Malaysia tahun 2009. Pertama kali tur Eropa bersama Noxa tahun 2010.” Kata Alvin saat dihubungi.

Melakukan tur di era modern bukan berarti tanpa halangan. Beda zaman, beda pula treatment dan halangan yang dihadapi.

“Dulu sih by email semua atau myspace sebelum ada social media seperti facebook dan instagram. Dan kita juga berangkat ke festival, kenalan dengan orang-orang scene dan promotor festival/show, kita kasih album dan demo. Istilahnya nongkrong lah. Tapi sejak ada social media ya semuanya jadi lebih gampang… tapi di satu sisi jadi lebih susah. Kenapa? karena makin gampang dan makin banyak band yang menggunakan social media.” Ungkapnya.

Bisa dibilang, saat ini semua punya teknologi dan menggunakannya. Termasuk musisi. Yang membedakannya adalah seberapa kuat karakter dan citra yang terbangun sehingga lekat dalam ingatan. Dari karakter yang kuat tersebut kemudian tercipta awareness terhadap apapun kegiatan yang dilakukan.

Tidak hanya sekadar tampil, melainkan ada banyak pelajaran yang bisa diambil dalam melakukan tour mandiri. Perluas jejaring pertemanan, melebarkan awareness terhadap setiap karya, sampai memperluas wawasan akan budaya lain.

“Banyak banget pengalaman-pengalaman yang bisa dipelajari dari sebuah tour. Kita jadi bisa bertemu dengan banyak orang, belajar budaya lain, mencoba makanan, jalan-jalan, ditipu dan lain-lain yang pastinya bisa bikin kita berubah banget. Pada dasarnya senang sedih bersama.” Ungkap Alvin.

Jika menanyakan apakah tur masih penting, jawabannya tentu saja iya. “Perlu banget sih, untuk memperbanyak teman. Membangun networking dan fanbase. Karena bikin band itu sebenernya sama aja seperti bikin product/bisnis/perusahaan. Productnya itu ya bandnya, bisnisnya jualan merch dari product itu. Perusahaannya semua orang yang kerja bareng band ini sebagai keluarga (Band Leader, Band Member, Teknisi, Sound engineer, photographer/videographer, manager dan lain-lain),” tambahnya.

Insight lain yang dibagikan oleh Alvin adalah persiapan yang benar-benar matang sebelum memutuskan untuk menjalani sebuah tour. “Sebelum melakukan tur, ada baiknya kalau mengenal promotor tur dan show dengan baik. Terus latihan fisik biar ga gampang lelah apalagi masuk angina. Kemudian latihan band sesering mungkin. Apalagi untuk yang turnya berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan di jalan, touring itu jujur berat banget. Mungkin yang keliatan itu enaknya aja; bisa jalan-jalan gratis ke sana-sini. Tapi kenyataannya yang diliat setiap hari itu cuman venue, van/pesawat, hotel/tempat tidur, jalanan, pom bensin. Kalo turnya bener-bener padet tiap hari sih harus bener-bener kuat fisik dan mentalnya. Karena kalo 1 hari break atau libur itu kita tetep harus bayar sewa instrument/van per hari nya. Ya suka duka bersama, komitmen dan dedikasi yang tinggi sangat di perlukan.  Selamat berjuang teman-teman.” Tutupnya.

Menjalani tur adalah menjalani komitmen, dedikasi, dan determinasi. Ketiga hal ini akan membuat segalanya bekerja seperti seharusnya.

Teks: Brandon Hilton